 |
| Sosialisasi Pembentukan BEM dan DPM Bersama Para Mahasiswa (Foto: Ist) |
LPM LUGAS – Meski perhatian mahasiswa Universitas Primagraha (UPG) tampak meredup, tahapan dan proses pembentukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) serta Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) tetap bergerak maju. Upaya menghadirkan sistem demokrasi kampus ini terus digulirkan, kendati semangat kolektif mahasiswa terasa kian menipis.
Sejak 3 hingga 10 Februari, panitia pelaksana pemilihan umum mahasiswa (P-PUM) telah membuka pendaftaran bagi calon ketua dan wakil ketua BEM serta anggota DPM UPG.
Tentu, proses ini disertai dengan sejumlah kualifikasi ketat guna menjaring sosok-sosok yang kredibel untuk menakhodai organisasi mahasiswa.
Namun, di tengah upaya tersebut, minat mahasiswa dalam menyambut pembentukan Trias Politika kampus justru terlihat merosot. Fenomena ini bukan tanpa sebab. Barangkali, ketidakpercayaan terhadap sistem birokrasi yang sebelumnya dianggap semrawut telah mengikis optimisme mereka. Terasa ada dinding yang membatasi, menutup celah bagi semangat dan motivasi untuk terlibat dalam dinamika organisasi mahasiswa.
Meski demikian, ketua pelaksana P-PUM UPG, Jeriyanto, menegaskan bahwa setiap tahapan berjalan sesuai rencana tanpa hambatan berarti hingga batas akhir pendaftaran pada 10 Februari.
"Dari awal pembukaan pendaftaran berjalan dengan lancar sesuai dengan tanggal yang sudah ditentukan oleh panitia pemilihan umum mahasiswa sampai penutupan hari ini tadi jam 17.30 WIB," ujar Jeriyanto kepada kru LPM Lugas, Senin (10/2/2025).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa para bakal calon yang telah mendaftarkan diri kini tengah melalui proses verifikasi berkas sebelum akhirnya diumumkan ke publik.
"Untuk yang mendaftar sudah ada, nanti kita tunggu hasilnya setelah panitia mengadakan verifikasi berkas," tambahnya.
"Langkah selanjutnya kita akan mengadakan verifikasi berkas, mungkin hanya itu yang bisa kami sampaikan," tutupnya.
Kini, nasib BEM dan DPM UPG berada di ujung jari para mahasiswa. Akankah mereka kembali menggenggam harapan atas sistem yang hendak dibangun, atau justru membiarkan lembaran demokrasi kampus ini berlalu begitu saja?
Reporter: Dinda Yuniar
Editor: Rasyid
