![]() |
Lukisan Yos Suprapto yang menggambarkan seorang Petani memberi makan seorang berkemeja dan berdasi makanan hasil bumi yang di jalaninya. (Foto: Dok Aji Jakarta). |
LPM LUGAS - Pameran tunggal seniman Yos Suprapto bertajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, yang dijadwalkan berlangsung dari 19 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025, dibatalkan secara mendadak pada malam pembukaannya.
Pembatalan ini dipicu oleh ketidaksepakatan antara Yos Suprapto dan kurator terkait lima dari 36 lukisan yang dianggap menampilkan sosok mirip Presiden Joko Widodo. Kurator menilai karya-karya tersebut tidak sesuai dengan tema pameran dan mengandung unsur SARA serta vulgar.
Yos Suprapto menolak permintaan untuk menurunkan lukisan-lukisan tersebut, yang menyebabkan pameran ditunda hingga komunikasi antara kedua belah pihak mencapai kesepakatan.
Kepala Unit Galeri dan Museum Zamrud Setya Negara menegaskan bahwa keputusan tersebut sepenuhnya berada di tangan kurator, dan pihak Galeri Nasional Indonesia menghormati otoritas kuratorial tanpa melakukan intervensi.
Pembatalan pameran ini memicu perdebatan di media sosial, dengan beberapa pihak menilai tindakan tersebut sebagai bentuk sensor dan pembungkaman terhadap ekspresi seni.
Namun, perwakilan Galeri Nasional Indonesia dan pemerintah menegaskan bahwa tidak ada upaya pembungkaman, dan keputusan tersebut murni berdasarkan pertimbangan kuratorial.
Akibat penundaan tersebut, bukan hanya publik yang tak dapat menikmati karya-karya lukisnya, Yos Sudarso pun tak mendapat akses masuk ke dalam galeri karena terkunci.
"Saya akan secepatnya kalau bisa, negosiasi untuk kalau seandainya tidak masyarakat luas tidak bisa mengakses ke pameran saya dan tetap terkunci seperti ini, bahkan saya seorang senimannya aja tidak bisa masuk, lebih baik saya akan menggunakan pendekatan hukum untuk mendapatkan kunci membuka pintu itu," kata Yos Suprapto seperti dikutip DetikPop.com, Minggu (22/12/2024).
Seniman asal Yogyakarta itu berniat untuk membawa kembali lukisan-lukisannya ke kampung halamannya.
"Saya akan menghentikan kegiatan pameran saya dan saya akan membawa pulang karya-karya saya, menurunkan karya-karya saya dan saya bawa pulang ke Jogja," ujar Yos Suprapto.
Sebelum menempuh jalur hukum, Yos Suprapto juga ingin mencoba untuk melakukan mediasi dengan pihak Galeri Nasional.
"Saya akan menggunakan pendekatan hukum saya katakan tadi, dan ini tentunya tidak boleh sepihak, saya akan melakukan dialog yang berhadap dengan jajaran Galnas (Galeri Nasional), dalam hari ini harus ada dialog dua arah," ucap Yos Suprapto.
Lebih lanjut, Yos Suprapto menyayangkan pameran tunggalnya terpaksa ditunda karena ada beberapa lukisannya yang tak diterima oleh kurator karena dianggap terlalu vulgar.
"Saya akan menanyakan kalau ini tetap tidak bisa diakses oleh masyarakat luas dan tetap dikunci dengan alasan apapun juga dan karya-karya saya tetap di dalam sensor, lebih baik tidak perlu harus ada pameran," pungkasnya.
![]() |
Lukisan Yos Suprapto yang menggambarkan seorang berkemeja putih bersama banteng menunju istana. (Foto: Dok Aji Jakarta) |
![]() |
Lukisan Yos Suprapto yang menggambarkan seorang pria Menjaga kursi singgasana kerajaannya. (Foto: Dok Aji Jakarta). |
![]() |
Lukisan Yos Suprapto yang menggambarkan seorang pria bermahkota raja Jawa bersama para pengawal dan rakyat dibawah singgasana (Foto: Dok Aji Jakarta). |
![]() |
Lukisan Yos Suprapto yang menggambarkan seorang bermahkota raja Jawa menikmati kedamaian dan menikmatan diatas penderitaan rakyat. (Foto: Dok Aji Jakarta). |