Generasi Z dikenal juga sebagai Gen Z seringkali mengalami berbagai permasalahan yang dihadapi di era digital. (Foto: LPM Lugas). |
LPM LUGAS - Generasi Z, atau yang dikenal juga sebagai Gen Z, merupakan mereka yang lahir diantara tahun 1996 – 2010. Mereka yang lahir pada tahun tersebut, rata-rata saat ini sudah menginjak usia remaja atau sedang duduk di bangku kuliah. Gen Z sendiri berasal dari kata Zoomer, karena mereka lahir dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi yang pesat, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dan internet secara dekat.
Sebagian besar, Gen Z berasal dari orang tua Gen X (tahun lahir antara 1965 – 1980), sehingga secara generasi dapat disimpulkan bahwa ada selisih jarak 2 generasi dari orang tua dan anak mereka sebagai Gen Z. Hal inilah yang membuat terkadang sebagai orang tua kurang memahami anaknya karena ada perbedaan tantangan jaman dan ciri khas pada setiap generasi.
Adapun Karakteristik Gen Z Indonesia antara lain kreatif, adaptif, dan terampil dengan penggunaan teknologi. Mereka juga cenderung lebih terbuka terhadap perbedaan dan memiliki semangat untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Namun, di era digital seperti saat ini, Gen Z Indonesia juga menghadapi berbagai masalah dan problematika. Mereka sangat rentan dengan pengaruh negatif dari internet dan media sosial, seperti penyalahgunaan teknologi, cyberbullying, dan kecanduan gadget. Hal ini dapat memengaruhi perkembangan mereka secara psikologis, sosial, dan emosional.
Dengan begitu banyak sekali aspek yang dapat memengaruhi kehidupan mereka, penting bagi kita untuk memahami karakteristik Gen Z Indonesia dan segala problematika yang mereka hadapi di era digital. Ini akan membantu kita untuk memberikan dukungan yang tepat dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan positif bagi Generasi Z dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Untuk memahami lebih dalam mengenai problematika yang dihadapi Gen Z Indonesia di era digital, seperti yang telah kita rangkum dari berbagai sumber, Kamis (29/2).
1. Mental Health
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang umumnya dialami oleh Generasi Z atau Gen Z. Menurut studi yang dilakukan di University College London, tingkat kecemasan pada generasi Z dua pertiga lebih tinggi dibandingkan dengan generasi milenial.
Berdasarkan temuan studi yang dilakukan oleh Pew Research Center, sekitar 70 persen remaja dari berbagai latar belakang seperti negara, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan keluarga mereka, mengalami rasa cemas dan depresi.
2. Kesenjangan Sosial
Generasi Z memiliki kesadaran yang sangat besar akan ketidakseimbangan yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. Gen Z mengalami perbedaan yang dirasakan dalam hal ekonomi, pendidikan, dan sosial.
Kesenjangan berkaitan erat dengan terbatasnya peluang dan kurangnya kesempatan yang diberikan kepada generasi muda untuk mencapai kepuasan dalam hidup. Siklus ketidaksetaraan akan berdampak signifikan dengan munculnya rasa tidak puas yang akan menyebabkan frustrasi pada Generasi Z.
3. Keraguan Saat Dihadapkan pada Banyaknya Pilihan
Banyak Gen Z yang kesulitan dalam mengambil keputusan, entah itu karena ragu-ragu, atau takut membuat pilihan yang salah. Dengan banyaknya pilihan yang tersaji di hadapan mereka, mempersulit mereka dalam memilih salah satu diantaranya (Keputusan).
Hal demikian bisa terasa sangat membebani. Terutama ketika memikirkan transisi besar dalam hidup seperti pindah kota atau berganti karier.
4. Imej Tubuh
Isu imej tubuh menjadi perhatian besar bagi Gen Z, mengingat maraknya media sosial yang membuat terpapar pada tipe tubuh 'ideal' yang dipandang oleh masyarakat. Tak jarang, melihat standar kecantikan yang dianggap dapat diterima secara sosial dapat membuat seseorang mempertanyakan harga dirinya.
5. Stres Menemukan Pasangan yang Cocok
Banyak masalah hubungan romantis yang sering diangkat oleh Gen Z. Entah itu rasa gugup saat mengajak seseorang kencan, atau sekadar mencari tahu gaya ketertarikan pasangan. Rata-rata mereka kesulitan mendapatkan pasangan yang bisa satu frekuensi.***
Author: Rasyid
Editor: Abdul