![]() |
Media Brief dan Capacity Building, Literasi Pemuda Indonesia (Foto: APMS) |
LPM LUGAS – Pernyataan-pernyataan bernada seksisme masih menjadi masalah besar selama Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, Tim Media Social Monitoring Literasi Pemuda Indonesia (LPI) mencatat salah satu pernyataan seksis yang menjadi highlight nasional adalah dari Wakil Gubernur Banten terpilih, Achmad Dimyati Natakusumah, yang dilontarkan saat debat Pilgub Banten pada Oktober 2024 lalu.
“Perempuan itu harus mendapat perhatian, maka kita harus melindungi perempuan dan memuliakannya dengan enggak ngasih beban berat jadi gubernur,” ujar Dimyati, pernyataan yang langsung memicu kritik luas dari berbagai pihak, termasuk aktivis perempuan, organisasi gender, media, hingga Komnas Perempuan.
Tak hanya Dimyati, sejumlah tokoh politik lainnya seperti Ridwan Kamil dan Suswono di DKI Jakarta juga melontarkan pernyataan bernuansa seksisme. Hal ini menunjukkan bahwa bias berbasis gender masih marak di ranah politik.
Media turut menjadi sorotan karena pemberitaan seksisme Dimyati, meskipun beberapa mengkritik, banyak yang secara tidak langsung mendukung narasi tersebut. Dalam konteks ini, pemahaman terhadap pentingnya kesetaraan gender dalam peliputan menjadi krusial.
Untuk meningkatkan kesadaran jurnalis tentang isu gender, Literasi Pemuda Indonesia (LPI) mengadakan media brief dan capacity building bertajuk “Seksisme dalam Pilkada Banten, Bagaimana Peran Produsen Informasi Memutus Rantainya?” Kegiatan ini berlangsung pada Rabu, 22 Desember 2024, di Hotel Santika Premiere ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, didukung oleh Internews.
Acara ini dihadiri oleh berbagai insan media, seperti jurnalis, konten kreator, hingga pers mahasiswa. Purnama Ayu Rizky dari Tim Media Brief LPI memaparkan bahwa isu seksisme Dimyati menjadi topik hangat di platform media sosial X (dulu Twitter), dengan 425 sebutan sepanjang Oktober 2024.
“Sebagian besar eksposur datang dari akun individu dengan jumlah pengikut 100-500. Akun seperti @JohnSitorus_18 dan @catchmeup menjadi yang paling aktif mengangkat isu ini, bahkan melampaui media arus utama seperti detik.com dan narasi,” ungkap Ayu.
Selain media sosial, pemberitaan seksisme Dimyati juga diangkat oleh 69 media online. Lima besar portal berita yang paling banyak memuat laporan ini adalah klik.com, merdeka.com, liputan6.com, idntimes.com, dan kompas.com. Media lokal seperti bantennews.co.id dan ekbisbanten.com juga turut masuk dalam daftar sepuluh besar.
Menurut Ayu, rendahnya kesadaran gender dalam politik menjadi salah satu penyebab utama munculnya pernyataan seksis. “Masyarakat Banten cenderung lebih fokus pada kebijakan strategis seperti BLT, sehingga isu gender tidak menjadi perhatian utama. Selain itu, Dimyati juga didukung mesin politik yang kuat, termasuk oleh Ketua Umum Gerindra sekaligus Presiden Indonesia, Prabowo Subianto,” jelas Ayu.
Ia menambahkan bahwa partisipasi dan kemampuan jurnalis serta netizen seperti kreator konten sangat penting untuk memerangi normalisasi seksisme. “Jika ini terus dibiarkan, pernyataan seksis akan berulang dan berdampak pada kebijakan yang tidak mendukung kesetaraan gender,” tegasnya.
Peran Media dalam Mendorong Kesetaraan Gender
Direktur Eksekutif PPMN, Francisca Ria Susanti, yang turut menjadi pemateri dalam acara tersebut, menyoroti kurangnya representasi perempuan dalam industri media sebagai salah satu penyebab bias gender.
“Ketidaksetaraan dalam konten media terjadi karena jurnalis laki-laki yang tidak memiliki perspektif gender. Media sering menampilkan perempuan hanya berdasarkan stereotip, seperti penampilan, pakaian, atau status hubungan, alih-alih ide, pengalaman, atau keahlian mereka,” jelasnya
Francisca juga memberikan saran agar media dapat lebih peka gender. “Dimulai dari pemilihan narasumber yang relevan dan penggunaan bahasa yang sensitif gender,” tandasnya.
Penulis: Rasyid
Editor: Redaksi